Pages

Prasangka-Prasangka Kecil Yang Menyesatkan

Ada beberapa jenis prasangka yang sebenarnya terkecil tetapi menyesatkan, dan menjadikan kita mati terperangkap kedalam zona prasangka-prasangka itu. Prasangka itu antara lain :
1. Memvonis Hari Sial
Kebanyakan kita memvonis hari sial, ketika kita mengalami kejadian yang kadang kita tidak sukai. Di saat manusia ditimpa masalah baik kecil atau besar, cenderung memberikan vonis “hari ini adalah hari sial saya”. Padahal jika dipikir secara akal tidak ada hari sial yang diciptakan, semua hari berjumlah tujuh hari, mulai dari hari senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, dan minggu, tidak ada hari sial dalam urutan nama hari.
Sebenarnya, setiap hari itu sama, rentang waktunya juga sama, hitungan jamnya pun sama, tidak pernah ada perubahan tentang hari, bila sudah tiba hari senin hitungannya tetap sama waktu, begitu pun hari selasa hingga hari minggu, yang membedakan tiap-tiap hari hanyalah kondisi hari itu, kondisi pun sebenarnya sama, kitalah yang membedakan kondisi hari kita, sehingga kita tak mampu mengendalikan kondisi, maka secara sempit kita memvonis “hari sial” ketika ditimpa masalah.
2. Menganggap Diri Sendiri Tidak Mampu
Kebanyakan orang selalu mengeluarkan kat-kata “saya tidak bisa” atau “saya tidak tahu sama sekali” bahkan “saya tidak mampu”. Kata-kata seperti ini tergolong kecil namun sangat menyesatkan diri sendiri. Menganggap diri tidak bisa, tidak tahu dan tidak mampu, justru menempatkan diri kita keadaan yang tidak bisa kita lakukan.
Belum mencoba sudah menyatakan diri tidak bisa, memang benar setiap masalah semestinya ditangan yang lebih ahli, tetapi bukankah kita dianugerahi akal dan pikiran? Bukankah akal dan pikiran itu dapat membantu kita memecahkan masalah yang kita hadapi, pekerjaan yang belum pernah kita temui.
Menyerah sebelum mencoba sebenarnya sebuah vonis yang paling rendah pada diri sendiri. Apakah kita harus membiasakan diri untuk hal-hal yang sebenarnya kita mampu tetapi belum mencoba? Bukankah mencoba itu lebih baik? Statemen atas ketidak mampuan kita adalah bentuk kemunduran diri kita.
3. Semua Gara-gara Kamu (Mencari Kambing Hitam)
Banyak orang yang dalah hidupnya ditimpa masalah cenderung menyalahkan orang lain, mencari kambing hitam, dan bahkan cenderung lari dari masalah. Ketika seorang karyawan dimarahi atasan lalu menuduh temannya “semua gara-gara kamu” atau “gara-gara kamu, saya dimarahi bos”, ini sebenarnya menyesatkan juga. Setiap kesalahan itu tidak selamanya datang dari orang lain, melainkan selebihnya datang dari diri sendiri.
Intropeksi diri atas segala kesalahan baik sengaja atau pun tidak, itu lebih baik dari pada kecendrungan menyalahkan orang lain dan mencari kambing hitam untuk dijadikan tunggangan menutupi kebodohan. Tidak ada salahnya menegur diri sendiri, bahkan memarahi diri sendiri ketika telah melakukan kesalahan, karena dengan begitu orang akan mampu mengukur kekurangannya.
Kebiasaaan mencari kambing hitam, tidak membuat kita baik, melainkan selalu ditimpa masalah, karena yang ada dalam pikiran hanyalah menyalahkan orang lain, dan cenderung mencari kesalahan orang lain.
4. Kamu Bukan Siapa-siapa
Dalam dunia pekerjaan, hindarialh ucapan seperti “kamu bukan siapa-siapa” atau lebih simple “memangnya kamu bisa apa?”. Kita tidak bisa mengukur kemampuan seseorang untuk melakukan tugasnya, karena itu hindarilah ucapan seperti itu meskipun kamu sebagai pemimpin.
Kita tidak menyadari, seorang office boy pun mampu menyelesaikan pekerjaan manajer, atau seorang petani bisa menjadi pemimpin didesanya karena memiliki kemampuan yang lebih. Menganggap rendah orang lain, sama halnya merendahkan diri kita, karena merendahkan orang lain adalah untuk menutupi kekurangan kita yang mulai nampak.
5. Tuhan Tidak Menyayangiku
Ini yang paling parah, ketika manusia dihadapkan pada situasi yang rumit, dibebani dengan berbagai macam masalah selalu menuduh “Tuhan tidak menyayangiku”. Sungguh pernyataan bodoh, menuduh Tuhan tidak menyayangi kita, padahal kita sendiri tidak menyayangi Tuhan, sebagai pencipta kehidupan dan masalahnya.
Menuduh Tuhan seperti justru itu hanya menjauhkan kita dariNya, menambah deretan panjang masalah yang kita hadapi setiap hari, dan bahkan mengurangi nilai kebaikan atas apa yang kita usahakan.


Read More... Prasangka-Prasangka Kecil Yang Menyesatkan

Membangun Jiwa Yang Positif


Banyak orang yang berfikir, bahwa sebuah kepositifan persoalan adalah diawali dengan berfikir positif, lalu menjadi sebuah kebiasaan berfikir positif. Tidak sedikit orang mengira dengan berfikir positif saja dapat menjadikan kita sebagai orang yang selalu positif. Tidak semua seperti itu sahabatku.
indexPemikiran yang positif, perasaan yang positif akan ada pada manusia berawal dari kebiasaan membangun jiwa yang positif. Bagaimana cara membangun jiwa yang positif dalam diri kita? Pertanyaan ini terkadang jadi buah pemikiran dan perenungan saya berhari-hari, karena membangun jiwa positif adalah menggunakan energi besar dalam kadar penyatuan rasa dan perasaannya sendiri, membangun jiwa yang positif adalah bagaimana kita menempatkan diri kita pada hal-hal yang positif dan dapat diterima secara akal sehat manusia dan memenuhi sarat moralitas dalam kehidupan kita.
 
Pembangunan sebuah jiwa yang positif, ditandainya dengan rasa empati dan sikap yang netral terhadap setiap persoalan, memutuskan perkara secara benar, dan mempertahankan kebenaran sebagai dasar ketentuan dalam kehidupan. Sikap yang dalam hal ini yang paling sensitif adalah prasangka, karena prasangka itu bersentuhan dengan perasaan dan perasaan pun terkoneksi dengan pemikiran. Apapun prasangka Anda akan mempengaruhi kehidupan Anda dalam rutinitas pergaulan Anda.
 
Prasangka merupakan awal dari pemikiran seseorang dalam menyatakan sikap atas sebuah persoalan. Karena, prasangka haruslah selalu baik sehingga mengundang kebiasaan baik dalam berprasangka itu sendiri, sehingga pemikiran kita pun selalu berada dalam pemikiran yang benar.
Jadi intinya adalah membangun jiwa yang positif, akar permasalahnnya adalah prasangka seseorang, mengorganisir pemikirannya pada hal-hal yang baik dan terpuji, sehingga melahirkan pemikiran positif yang hasilnya tindakan pun menjadi positif.
 
Read More... Membangun Jiwa Yang Positif